Status Erupsi Gunung Lewotobi: Ancaman dan Mitigasi Bencana

Status Erupsi Gunung Lewotobi

Tajuk Mu – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa indeks erupsi Gunung Lewotobi yang terletak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, berada dalam rentang 1 hingga 3 berdasarkan Volcanic Eruption Index (VEI).

Dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring di Jakarta, Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa erupsi dengan tingkat VEI 3—yang merupakan kategori terbesar—telah terkonfirmasi terjadi sebanyak tiga kali dalam sejarah. Berdasarkan data yang dihimpun, erupsi besar pertama tercatat terjadi pada tahun 1675 dan berlangsung selama kurang lebih 25 tahun. Peristiwa serupa kembali terjadi pada periode 28 September hingga 30 Oktober 1907, serta yang terakhir berlangsung dari 23 Mei hingga 26 Desember 1932.

Selain itu, erupsi dengan tingkat VEI 2 juga tercatat pernah terjadi dalam periode terbaru, yaitu mulai 23 Desember 2023 hingga 16 Agustus 2024. Erupsi ini berlangsung secara berkelanjutan, menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Lewotobi masih cukup tinggi.

Lebih lanjut, Wafid menyampaikan bahwa interval waktu antara satu erupsi dengan erupsi berikutnya berkisar antara 1 hingga 29 tahun. Dalam beberapa kasus, jeda erupsi terpendek tercatat hanya dalam waktu 1-7 tahun, sementara periode terpanjang mencapai 18-19 tahun. Dengan pola aktivitas yang cukup dinamis ini, Gunung Lewotobi dikategorikan memiliki indeks VEI dalam rentang 1 hingga 3.

Aktivitas vulkanik yang berlangsung secara terus-menerus telah menyebabkan perubahan pada struktur kawah Gunung Lewotobi. Badan Geologi mencatat bahwa dua lubang kawah yang terdapat di gunung ini mengalami pelebaran akibat longsoran dinding kawah, terutama di bagian barat laut.

Sebagai informasi, Gunung Lewotobi merupakan gunung berapi kembar yang memiliki dua puncak, yakni Lewotobi Laki-Laki dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut (MDPL) dan Lewotobi Perempuan. Untuk mengantisipasi potensi bahaya akibat perubahan struktur kawah, Badan Geologi telah mengintensifkan pemantauan sejak 18 Oktober 2024. Pemantauan dilakukan dengan bantuan teknologi drone guna mendapatkan data yang lebih akurat terkait kondisi terbaru gunung tersebut.

Tim pemantau yang berada di lapangan, khususnya di pos pemantauan Gunung Lewotobi Laki-Laki, terus mengamati perubahan aktivitas yang terjadi. Diketahui bahwa guguran material di lubang kawah erupsi berlangsung dengan cepat, yang menunjukkan tingginya tingkat aktivitas vulkanik.

Temuan terbaru dari Badan Geologi diharapkan dapat menjadi rujukan dalam upaya mitigasi bencana. Selain ancaman dari paparan material vulkanik saat erupsi berlangsung, risiko banjir lahar dingin juga menjadi perhatian utama. Potensi bencana ini meningkat ketika wilayah puncak dan lereng Gunung Lewotobi diguyur hujan dalam intensitas tinggi.

Hasil pemetaan zona rawan bencana yang dilakukan oleh tim Badan Geologi mengidentifikasi beberapa kawasan yang berisiko tinggi terdampak banjir lahar dingin. Wilayah-wilayah yang masuk dalam zona bahaya tersebut meliputi Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote. Kawasan ini dinilai berisiko karena berada dalam jalur aliran sungai yang mengarah langsung dari Gunung Lewotobi.

Sebagai langkah pencegahan, Badan Geologi juga telah merekomendasikan agar masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki serta wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius enam kilometer dari pusat erupsi. Selain itu, larangan juga diberlakukan untuk wilayah sektoral barat daya hingga timur laut dalam radius tujuh kilometer. Kebijakan ini diterapkan menyusul peningkatan status Gunung Lewotobi menjadi Level IV (Awas) pada Kamis dini hari.

Dengan status gunung yang berada pada kondisi kritis, Badan Geologi terus mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna menghindari risiko yang lebih besar. Mitigasi yang tepat dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan erupsi dapat membantu mengurangi dampak bencana bagi masyarakat di sekitar kawasan Gunung Lewotobi.

By admin 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *