Tajuk Mu – Pendidikan kedokteran yang berkualitas dan relevan dianggap sebagai faktor utama dalam menghadapi berbagai tantangan strategis bangsa. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menyoroti pentingnya aspek ini dalam Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) XXXII yang diadakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis (13/2).
Dalam keterangan resminya yang disampaikan di Jakarta pada Jumat, ia menegaskan bahwa pendidikan kedokteran yang unggul harus menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan visi Indonesia Emas dan Indonesia Sehat. Menurutnya, kualitas pendidikan di bidang ini tidak hanya harus dijaga, tetapi juga ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas.
Pendidikan kedokteran di Indonesia, menurut Satryo, harus difokuskan pada peningkatan akses, mutu, relevansi, serta dampak nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan langkah strategis dalam AstaCita yang telah digagas Presiden RI, Prabowo Subianto, sebagai upaya membangun negeri ke arah yang lebih baik.
Sebagai bentuk sinergi antara pendidikan dan sektor kesehatan, Kemendiktisaintek telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kolaborasi ini mencakup proses seleksi penerimaan peserta didik dokter spesialis dan subspesialis dari berbagai fakultas kedokteran di Indonesia. Langkah tersebut dipandang sebagai wujud nyata kerja sama antara kedua kementerian dalam upaya meningkatkan kualitas tenaga medis di tanah air.
Mendiktisaintek menambahkan bahwa selain menargetkan Indonesia Emas, ia ingin menekankan pentingnya pencapaian Indonesia Sehat 2045. Visi ini dianggap sebagai upaya untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia di masa depan tidak hanya unggul dalam berbagai bidang, tetapi juga memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Di tengah perubahan global yang semakin pesat, Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, termasuk perubahan iklim, perlambatan ekonomi dunia, keterbatasan waktu dalam memanfaatkan bonus demografi, serta perkembangan kecerdasan buatan (AI). Selain itu, potensi munculnya pandemi baru juga menjadi perhatian serius yang harus diantisipasi melalui sistem kesehatan yang kuat dan tenaga medis yang kompeten.
Dalam menghadapi era kecerdasan buatan, Satryo mengingatkan bahwa dari ribuan jenis pekerjaan yang ada saat ini, profesi dokter menjadi salah satu yang tidak akan tergantikan oleh teknologi AI. Namun, ia juga menekankan bahwa dokter yang tidak memanfaatkan AI dalam praktiknya berisiko digantikan oleh dokter yang lebih adaptif terhadap teknologi tersebut. Oleh karena itu, ia menilai bahwa integrasi teknologi dalam dunia medis harus dilakukan secara optimal agar tenaga kesehatan di Indonesia tetap mampu bersaing di era digital.
Sebagai langkah menuju Indonesia Sehat 2045, Mendiktisaintek menegaskan bahwa sinergi antara sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan perlu diperkuat. Optimalisasi upaya preventif dalam kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas agar sistem kesehatan nasional lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Dengan adanya langkah-langkah strategis ini, diharapkan pendidikan kedokteran di Indonesia dapat semakin berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat. Sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, serta tenaga medis diharapkan mampu mewujudkan sistem kesehatan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.