Bangkai Paus Terdampar di Simeulue, Warga Berbondong-bondong Melihat

Bangkai Paus Terdampar di Simeulue, Warga Berbondong-bondong Melihat

Tajuk Mu – Seekor paus yang belum teridentifikasi jenisnya ditemukan dalam kondisi mati di pesisir Pantai Desa Angkeo, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue, Aceh. Penemuan ini pertama kali dilaporkan oleh nelayan setempat pada Selasa pagi (11/3). Mamalia laut tersebut memiliki panjang sekitar tujuh meter dengan berat yang diperkirakan mencapai 2,5 ton.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Simeulue, Zulfadli, mengungkapkan bahwa pihaknya mendapatkan informasi terkait penemuan bangkai paus dari nelayan yang menemukannya terdampar di pantai. Hingga saat ini, jenis paus tersebut masih belum dapat dipastikan.

Mengenai penyebab kematian paus, Zulfadli mengatakan bahwa hingga kini belum ada keterangan resmi. Bangkai paus masih berada di lokasi dan belum mendapat penanganan lebih lanjut dari pihak berwenang.

Di sisi lain, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Simeulue, Roli Mindansyah Putra, menyatakan bahwa ia belum bisa memberikan informasi terkait langkah yang akan diambil mengenai bangkai paus tersebut. Menurutnya, pertanyaan terkait penanganan lebih lanjut sebaiknya ditujukan langsung kepada kepala dinas.

Keberadaan bangkai paus ini langsung menarik perhatian warga sekitar. Banyak orang datang untuk melihat dari dekat dan mengabadikan momen tersebut menggunakan ponsel mereka. Beberapa warga mendekat untuk melihat ukuran paus secara langsung, sementara yang lain hanya sekadar mengambil foto dan video.

Kabupaten Simeulue sendiri merupakan wilayah kepulauan yang terletak di Samudra Hindia, sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Pulau Sumatra. Wilayah ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999. Saat ini, Kabupaten Simeulue memiliki 10 kecamatan dengan total 138 gampong atau desa yang dihuni oleh sekitar 98 ribu jiwa.

Fenomena paus yang terdampar di pantai bukanlah hal yang baru terjadi, terutama di daerah yang berbatasan langsung dengan lautan luas seperti Simeulue. Beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan terdamparnya paus antara lain perubahan suhu laut, pencemaran lingkungan, penyakit, hingga navigasi yang salah akibat gangguan sonar dari aktivitas manusia.

Paus yang mati di tepi pantai biasanya akan mengalami proses pembusukan yang cukup cepat. Jika tidak segera ditangani, bangkainya dapat menimbulkan bau menyengat dan berpotensi mencemari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tindakan yang tepat harus segera dilakukan, baik dengan menguburnya di lokasi terpencil maupun menyerahkannya kepada lembaga penelitian untuk dilakukan kajian lebih lanjut.

Masyarakat diimbau untuk tidak mendekati bangkai paus terlalu dekat, mengingat adanya risiko penyebaran bakteri atau zat berbahaya dari tubuh hewan yang telah mati. Selain itu, mengingat ukuran paus yang besar, proses pemindahan atau penguburan bangkai membutuhkan koordinasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, tim penyelamat satwa, serta para ahli kelautan.

Dengan ditemukannya paus yang terdampar ini, diharapkan pihak terkait segera mengambil langkah untuk menangani bangkainya agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.

By admin 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *