Tajuk Mu – Pada Selasa sore, fenomena alam yang tidak biasa terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana hujan es mengguyur beberapa wilayah secara bersamaan dengan hujan deras. Fenomena ini dilaporkan terjadi di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, serta Bantul.
Berdasarkan laporan dari Stasiun Meteorologi Yogyakarta, kejadian hujan es tersebut telah dikonfirmasi oleh Kepala Stasiun, Warjono. Ia menjelaskan bahwa wilayah yang terdampak mencakup Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta, karena pergerakan awan yang membawa hujan es meluas ke berbagai daerah.
Fenomena hujan es ini disebabkan oleh keberadaan awan Cumulonimbus yang mencapai ketinggian hingga 15 kilometer. Pada puncaknya, suhu awan tercatat mencapai minus 7,2 derajat Celsius, menyebabkan terbentuknya butiran es di atmosfer. Ketika butiran es tersebut turun, mereka tidak mengalami cukup gesekan dengan udara hangat sehingga tidak sempat mencair sebelum menyentuh permukaan tanah.
Selain itu, faktor lain yang memicu hujan es adalah adanya “downdraft”, yakni aliran udara turun yang sangat kuat. Kondisi ini memungkinkan butiran es jatuh ke tanah dengan sedikit hambatan. Angin yang bertiup dari arah barat ke timur juga turut membawa awan penyebab hujan es ini ke berbagai wilayah di Yogyakarta.
Tak hanya hujan es, fenomena ini juga diiringi oleh angin kencang dan petir, yang terpantau di beberapa lokasi. Menurut keterangan lebih lanjut, fenomena cuaca ekstrem semacam ini sering kali terjadi pada masa peralihan musim, yaitu saat perubahan dari musim hujan ke musim kemarau.
Warjono menuturkan bahwa masa peralihan tersebut berlangsung antara Maret hingga April, sehingga kemungkinan terjadinya hujan ekstrem seperti ini masih bisa terjadi hingga bulan berikutnya. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca buruk yang mungkin terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Salah satu lokasi yang mengalami hujan es adalah Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sleman. Kejadian ini dibenarkan oleh Koordinator Bidang Protokol UGM, Haryanto, yang mengungkapkan bahwa hujan es terjadi di sekitar pukul 15.15 WIB.
Menurutnya, beberapa pegawai yang berada di dalam ruangan pada awalnya hanya mendengar suara hujan deras. Karena penasaran, mereka pun keluar untuk melihat situasi di luar. Mereka terkejut setelah menyaksikan butiran es yang jatuh bersamaan dengan air hujan.
Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Nalya Naomi Tarigan, juga menjadi saksi dari fenomena langka ini. Ia mengaku awalnya hanya ingin merekam suasana hujan deras yang turun di kampusnya. Namun, setelah melihat rekaman videonya dengan lebih teliti, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tampak memantul di tanah.
Ia kemudian memperhatikan lebih jelas dan menyadari bahwa yang jatuh bukan sekadar air hujan biasa, melainkan butiran es. Nalya menggambarkan bahwa ukuran es yang turun tidak terlalu besar, tetapi cukup terlihat jelas. Beberapa butiran berukuran sebesar koin, sementara yang lainnya lebih kecil, menyerupai peluru karet.
Menurut pengakuannya, ini adalah kali pertama ia menyaksikan hujan es terjadi di lingkungan kampus UGM.
Fenomena hujan es memang bukan hal yang terjadi setiap hari di Yogyakarta, tetapi bukan sesuatu yang mustahil terjadi, terutama saat masa peralihan musim. BMKG pun mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Sebagai langkah mitigasi, warga diimbau untuk menghindari tempat terbuka saat hujan deras, terutama yang disertai petir dan angin kencang. Selain itu, bagi mereka yang sedang berada di jalan, disarankan untuk mencari tempat berteduh yang aman, agar terhindar dari risiko terkena butiran es yang jatuh dengan kecepatan tinggi.
Hujan es memang bukan fenomena yang berbahaya dalam skala besar, tetapi bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari, terutama jika terjadi dalam intensitas tinggi. Oleh karena itu, pemantauan cuaca secara berkala dan kesiapan menghadapi perubahan kondisi atmosfer sangat penting untuk menghindari dampak yang lebih besar.
Dengan memahami faktor penyebab serta cara menghadapinya, masyarakat diharapkan dapat lebih siap dalam menghadapi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi di masa mendatang.