Tajuk Mu – Kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, ke Inggris disebut sebagai langkah strategis dalam mempererat hubungan bilateral kedua negara. Lawatan ini menjadi kunjungan pertama Wang Yi ke Inggris dalam satu dekade dan menandai dimulainya kembali dialog strategis setelah tujuh tahun vakum.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri China, kunjungan tersebut memperlihatkan kesediaan kedua negara untuk menindaklanjuti kesepahaman yang telah dicapai oleh para pemimpin mereka. Hubungan bilateral yang stabil dan semakin kuat dianggap sebagai prioritas utama dalam interaksi diplomatik antara China dan Inggris.
Pada 12-13 Februari 2025, Wang Yi bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, serta Menteri Luar Negeri David Lammy dan sejumlah pejabat tinggi Inggris lainnya. Kunjungan ini dinilai membawa dampak positif dalam memperkuat komunikasi strategis antara kedua negara. Pemerintah China menilai bahwa pendekatan Inggris terhadap negaranya semakin rasional dan pragmatis, sebuah sikap yang disambut baik oleh Beijing.
Pemerintah China juga menegaskan bahwa Inggris dipandang sebagai mitra strategis yang memiliki peran penting dalam kerja sama bilateral. Oleh karena itu, China berkomitmen untuk memperluas serta memperdalam kemitraan di berbagai bidang. Inggris pun diakui telah menunjukkan kesepahaman bahwa hubungan yang stabil dan kuat dengan China merupakan kepentingan kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa keterlibatan dalam dialog yang jujur dan konstruktif menjadi pendekatan utama dalam menangani perbedaan serta perselisihan yang mungkin timbul. Kedua belah pihak menekankan pentingnya rasa saling menghormati dalam upaya menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling menguntungkan.
Sejumlah inisiatif kerja sama strategis turut dibahas dalam kunjungan tersebut. China dan Inggris berencana meningkatkan komunikasi dan kolaborasi melalui berbagai mekanisme bilateral, termasuk Dialog Energi China-Inggris, Pertemuan Komisi Bersama China-Inggris untuk Kerja Sama Sains, Teknologi, dan Inovasi, serta Konferensi Pendidikan China-Inggris.
Selain itu, kedua negara sepakat untuk mempercepat mekanisme Komisi Perdagangan dan Ekonomi Bersama China-Inggris. Kerja sama dalam sektor kesehatan, industri, jasa keuangan, energi bersih, kecerdasan buatan, serta tata kelola global turut menjadi perhatian utama dalam diskusi tersebut. Upaya penanggulangan perubahan iklim serta penguatan keamanan siber juga masuk dalam agenda pembicaraan antara kedua negara.
Di sisi lain, China menyampaikan posisinya terhadap berbagai isu global, termasuk Taiwan, Hong Kong, Timur Tengah, dan Ukraina. Beijing menegaskan dukungannya terhadap segala upaya yang mendorong pembicaraan damai, termasuk yang diprakarsai oleh negara-negara Eropa.
Sebelumnya, pada Januari 2025, Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng telah mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali Dialog Ekonomi dan Keuangan Inggris-China. Kesepakatan ini mencakup nilai investasi sebesar 600 juta pound sterling atau sekitar Rp12,2 triliun.
Selain itu, China berencana menerbitkan obligasi hijau di London pada tahun ini sebagai bagian dari upaya pendanaan proyek-proyek ramah lingkungan. Langkah ini dinilai sebagai bentuk komitmen China dalam mendorong investasi berkelanjutan di Inggris.
Hubungan kedua negara sempat mengalami ketegangan sejak 2018. Inggris sebelumnya telah mengkritik kebijakan China terkait wilayah otonomi Uygur di Xinjiang serta situasi di Hong Kong. Pandemi COVID-19 dan pembentukan pakta keamanan AUKUS yang melibatkan Australia, Inggris, dan Amerika Serikat juga menjadi faktor yang memperburuk hubungan bilateral.
Pada tahun 2023, ketegangan ini tercermin dalam penurunan investasi kedua negara. Investasi Inggris di China mengalami penurunan drastis sebesar 20,9 persen, dengan total nilai mencapai 8,8 miliar pound atau sekitar Rp179,2 triliun. Sementara itu, investasi China di Inggris juga mengalami sedikit penurunan sebesar 1,6 persen, menjadi 4,2 miliar pound.
Namun, dengan adanya kunjungan Wang Yi ke Inggris serta berbagai kesepakatan strategis yang telah dicapai, hubungan bilateral kedua negara tampaknya mulai memasuki babak baru yang lebih stabil dan positif. Langkah-langkah konkret dalam memperkuat kemitraan di berbagai sektor diharapkan dapat membuka jalan bagi kerja sama yang lebih erat di masa mendatang.